Mengukur & Menghitung Nilai Komponen Elektronika
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillahirabbil’alamin segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam disampaikan kepada Rasullullah SAW atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Lindawati, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengarahan dan saran-saran dalam menyempurnakan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Elektronika khususnya dan para pembaca umum. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam peralatan elektronika yang komplek, kita akan menemukan komponen-komponen elektronika seperti tahanan, kondensator, transformator, dioda, transistor dan komponen lainnya.
Setiap mahasiswa Program Studi Elektronika dituntut untuk dapat mengenal, memahami serta dapat mengukur dan menghitung nilai dari komponen-komponen elektronika tersebut sebelum merakitnya kedalam bentuk suatu rangkaian.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dengan rekan-rekan mahasiswa Politeknik Negeri Sriwijaya khusunya kelas 1 Elektronika B, kebanyakan mahasiwa ini adalah tamatan dari Sekolah Menengah Atas (SMA) yang belum memiliki pengetahuan dasar mengenai cara mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika.
Apabila mahasiswa tidak dapat mengukur dan menghitung nilai dari komponen elektronika maka mahasiswa itu akan kesulitan dalam menerima mata kuliah selanjutnya, karena banyak mata kuliah di Program Studi Elektronika yang bersangkutan dengan komponen elektronika. Dan akan sulit juga bagi mahasiswa tersebut untuk dapat merangkai sebuah komponen kedalam bentuk suatu rangkaian.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berjudul mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimana cara mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari makalah ini adalah agar rekan-rekan mahasiwa Elektronika khususnya dan pembaca umum dapat mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika sebelum merakitnya menjadi sebuah rangkaian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Mengenal Komponen Elektronika)
2.1 Resistor (Tahanan)
a. Pengertian resistor
Resistor atau yang biasa disebut tahanan atau penghambat adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron negatif. Resistor disingkat dengan huruf “R” dan satuannya adalah ohm (Prihono, Sujito dkk, 2010).
Resistor adalah suatu komponen yang berfungsi untuk membatasi aliran arus listrik dan sebagai pembagi tegangan yang menghasilkan tegangan panjar maju dan tegangan panjar mundur sebagai pembangkit potensial output dan potensial input (Hasan, Alfarizal dkk, 2013).
b. Jenis resistor
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan penggunaannya, resistor dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Resistor biasa (tetap nilainya) adalah resistor penghambat gerak arus yang nilainya tidak dapat berubah. Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
2. Resistor berubah (variable) adalah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toogle, sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai kebutuhan. Jenis resistor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu potensiometer rheostat dan trimpot (trimmer potensiometer) yang biasa menempel pada papan rangkaian.
3. Resistor NTC dan PTS. Resistor NTC (Negative Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Resistor PTS (Positive Temperature Coefficient) adalah resistor yang nilainya akan bertambah bila temperaturnya menjadi dingin.
4. LDR (Light Dependent Resistor) adalah jenis resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap, nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.
2.2 Kondensator (Kapasitor)
a. Pengertian kondensator
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Satuan dari kapasitor adalah farad (Prihono, Sujito dkk, 2010)
b. Jenis kondensator
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan kegunaannya, ada tiga jenis kondensator sebagai berikut:
1. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah) adalah kondensator yang nilainya konstan dan tidak dapat berubah-ubah. Ada tiga macam bentuk kondensator tetap, yaitu sebagai berikut:
§ Kondensator keramik (ceramik capasitor), memiliki bentuk bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah, hijau, coklat dll.
§ Kondensator plyester, pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik. Bentuknya persegi empat seperti permen, biasanya berwarna merah, hijau, coklat dan sebagainya.
§ Kondensator kertas, sering juga disebut kondensator padder.
2. Kondensator elektrolit (electrolite condenser = elco) adalah kondensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negatif. Ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negatif dengan nilai kapasitasnya dari 0,47 mF sampai ribuan mikroFarad.
3. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah) adalah jenis kondensator yang kapasitasnya bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah kapasitasnya karena secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar menggunakan obeng.
§ Kondensator variabel, terbuat dari logam, mempunyai kapasitas maksimum sekitar 100rF sampai 500rF. Selain itu, konduktor variabel dengan spul antena dan spul osilator berfungsi sebagai pemilih gelombang frekuensi tertentu yang akan ditangkap.
§ Kondensator trimer, dipasang pararel dengan variabel kondensator berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang frekuensi. Kondensator trimer mempunyai kapasitas dibawah 100rF.
2.3 Dioda
a. Pengertian dioda
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) dioda adalah sambungan bahan p-n yang berfungsi sebagai penyearah. Dioda terbuat dari bahan semikonduktor yang salingdipertemukan. Bahan tipe-p menjadi sisi anode sedangkan bahan tipe-n menjadi katode. Dioda ini memiliki tegangan halang (barrier voltage) lebih besar dari 0,7 volt. Dioda yang terbuat dari bahan germanium memiliki tegangan halang kira-kira 0,3 volt.
Menurut Hasan, Alfarizal dkk (2013) dioda adalah komponen elektronik yang memiliki dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Arus listrik yang mengalir hanya satu arah yaitu dari anoda ke katoda, arus litrik tidak akan mengalir dari katoda ke anoda.
b. Jenis dioda
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan fungsinya ada lima jenis dioda sebagai berikut:
1. Dioda penyearah adalah dioda yang difungsikan untu penyearah tegangan bolak-balik menjadi tegangan searah, biasanya digunakan pada rangkaian power supply.
2. Dioda pemancar cahaya atau LED adalah dioda yang memancarkan cahaya bila dipanjar maju.
3. Dioda foto (fotovltaic) digunakanuntuk mengubah energi cahaya menjadi energilistrik searah.
4. Dioda laser digunakan untuk membangkitkan sinar laser taraf rendah, cara kerjanya mirip LED.
5. Dioda zener digunakan untuk regulasi tegangan.
2.4 Transistor
a. Pengertian transistor
Transistor adalah komponen semikonduktor yang sangat penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat). Dalam rangkaian digital, transistor digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi (Prihono, Sujito dkk, 2010).
b. Jenis transistor
Menurut Hasan, Alfarizal dkk (2013) dilihat dari tipenya, transistor terbagi dua yaitu tipe PNP (Positif-Negatif-Positif) dan tipe NPN (Negatif-Positif-Negatif).
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) ada dua jenis transistor berdasarkan arus inputnya (BJT) dan tegangan inputnya (FET).
§ BJT (Bipolar Junction Transistor), merupakan transistor yang mempunyai dua dioda, terminal positif dan negatifnya berdempet, sehingga ada tiga terminal. Ketiga terminal tersebut adalah emiter (E), kolektor (C) dan basis (B)
§ FET (Field Effect Transistor), dibagi menjadi dua macam, yaitu Junction FET (JFET) dan Insulated Gate FET (IGFET) atau dikenal sebagai Metal Oxide Silicon (semiconductor) FET (MOSFET).
2.5 Induktor
a. Pengertian induktor
Induktor merupakan komponen elektronik pasif yang dapat menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan perubahan sesaat dari arus listrik yang mengalir. Besaran induktor adalah induktansi dengan lambang “L” sedangkan satuannya adalah Hanry atau “H” (Prihono, Sujito dkk, 2010).
b. Jenis induktor
Ada tiga jenis induktor yang sering digunakan dalam dunia elektronika.
1. Induktor teras udara (air core)
2. Induktor teras feromagnetik (ferromagnetic core)
3. Induktor teras ferrite (ferrite core)
2.6 Transformator
a. Pengertian transformator
Transformator atau trafo adalah komponen yang digunakan untuk mentransfer sumber energi atau tenaga dari suatu rangkaian AC kerangkaian lainnya. Perpindahan/transfer energi tersebut bisa menaikkan atau menurunkan energi yang diransfer. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan (Prihono, Sujito dkk, 2010).
b. Jenis transformator
Menurut Prihono, Sujito dkk (2010) berdasarkan kegunaannya ada dua jenis transformator, yaitu:
1. Transformator Step-Up, adalah trafo yang befungsi untuk menaikkan tegangan.
2. Transformator Step-Down, adalah trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan.
Dipasaran banyak dijual transformator daya,yang sebagian besar dirancang beroperasi pada frekwensi 50Hz sampai dengan 60Hz. Transformator ini berfungsi sebagai pensuply daya untuk mengubah tegangan jala-jala menjadi tegangan lain yang dibutuhkan.
Selain transformator daya, trafo bila diklasifikasikan menurut pemakaiannya, terbagi menjadi 3 jenis:
1. Trafo Filter, berfungsi untuk mem-filter/menyaring sinyal.
2. Trafo MF, biasanya terdapat pada pesawat radio yang berfungsi untuk menghubungkan/couple antarfrekwensi.
3. Trafo input dan output, digunakan untuk menyesuaikan impedensi.
(Multimeter)
a. Pengertian multimeter
Menurut Alfarizal, Evelina dkk (2013) multimeter adalah suatu peukur yang dapat digunakan untuk mengukur resistansi (sebagai ohmmeter), tegangan (sebagai voltmeter), dan arus (sebagai amperemeter), baik gelombang bolak-balik (AC = Alternating Current) atau searah (DC = Direct Current).
b. Jenis multimeter
1. Multimeter Analog, hasil pengukuran pada multimeter ini dibaca lewat penunjuk jarum pada papan skala.
2. Multimeter Digital, hasil pengukuran langsung dapat dibaca dalam bentuk angka yang tampilpada layar display.
c. Batas ukur (range)
1. Batas ukur kuat arus, biasanya terdiri dari angka-angka 0,25mA – 25mA – 500mA. Untuk batas ukur 0,25mA, kuat arus yang dapat diukur berkisar dari 0 – 0,25mA. Untuk batas ukur 25mA, kuat arus yang dapat diukur berkisar 0 – 25mA, dan seterusnya.
2. Batas ukur tegangan (ACV – DCV), terdiri dari angka-angka 10 – 50 – 250 – 500 – 1000 ACV/DCV. Batas ukur 10 berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah 10volt. Batas ukur 50 berarti tegangan maksimal yang dapat diukur adalah 50 volt, dan seterusnya.
3. Batas ukur ohm, terdiri dari angka-angka x1 – x10 – x1k – x10k. Untuk batas ukur x1, hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada satuan W). Untuk batas ukur x10, hasil pengukuran dibaca pada papan skala dan dikali 10 (pada satuan W). Untuk batas ukur x1k, hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada papan skala (pada satuan kW) dan pada batas ukur x10k, hasilpengkuran dibaca pada papan sakala dan dikali dengan 10kW.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Mengukur dan Menghitung Nilai Resistor
A. Menghitung secara manual
Menghitung nilai resistor secara manual bisa dilihat pada warna gelang yang melingkupinya, biasanya 4 gelang, 5 gelang dan 6 gelang. Untuk mengetahui kode warna pada resistor yaitu dengan memanfaatkan tabel kode warna resistor.
Warna
|
Gelang 1
|
Gelang 2
|
Gelang 3
(multiplier) |
Gelang 4
(toleransi) |
Temp.
koefisien |
Hitam
|
0
|
0
|
x100
|
±1%
|
100ppm
|
Coklat
|
1
|
1
|
x101
|
±2%
|
50ppm
|
Merah
|
2
|
2
|
x102
|
15ppm
| |
Jingga
|
3
|
3
|
x103
|
25ppm
| |
Kuning
|
4
|
4
|
x104
| ||
Hijau
|
5
|
5
|
x105
|
±0,5%
| |
Biru
|
6
|
6
|
x106
|
±0,25%
| |
Ungu
|
7
|
7
|
x107
|
±0,1%
| |
Abu-abu
|
8
|
8
|
x108
|
±0,05%
| |
Putih
|
9
|
9
|
x109
| ||
Emas
|
x0,1
|
±5%
| |||
Perak
|
x0,01
|
±10%
| |||
Tidak berwarna
|
±20%
|
B. Mengukur menggunakan multimeter
Berikut langkah-langkah mengukur nilai resistor dengan menggunakan multimeter:
§ Menggunakan multimeter digital
(a) Arahkan saklar pemilih menuju kesimbol resistor.
(b) Sambungkan ujung kabel multimeter ke kaki-kaki resistor.
(c) Lihat panel layar display, akan terlihat besarnya nilai dari tahanan yang diukur.
§ Menggunakan multimeter analog
(a) Arahkan saklar keposisi W, untuk:
® x1 dimasudkan hasil yang dihasilkan jarum dikalikan 1W.
® x10 dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10W.
® x100 dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 100W.
® x1k dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 1000W.
® x10k dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10.000W.
(b) Hubungkan kabel multimeter kekaki resistor.
(c) Lihat jarum yang dihasilkan, kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor pengali (x1, x10, x100, x1k, x10k).
§ Mengukur variabel resistor menggunakan multimeter
(a) Atur saklar jangkauan ukur pada posisi W.
(b) Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW tergantung dari nilai resisitor variabel yang akan diukur.
(c) Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan.
(d) Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol.
(e) Letakkan kedua ujung kabel penyidik pada terminal a dan b dari variabel resisitor.
(f) Putar tuas searah jarum jam (untuk preset gunakan obeng minus).
(g) Jarum pada papan skala akan ikut bergerak ke kanan, artinya variabel resistor masih baik dan dapat digunakan.
(h) Letakkan kedua ujung kabel penyidikpada terminal b dan c dari variabel resistor.
(i) Putar tuas searah jarum jam.
(j) Jarum pada papan skala ikut bergerak ke kiri, artinya variabel resistor masih baik dan dapat digunakan.
§ Mengukur resistor peka cahaya/Light Dependent Resistor (LDR)
(a) Atur saklar pada posisi W.
(b) Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW sesuai kebutuhan.
(c) Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan.
(d) Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol.
(e) Letakkan kedua ujung kabel penyidik secara acak pada kedua kaki LDR.
(f) Menggunakan lampu senter (flashlight) sinari permukaan LDR, jarum akan bergerak ke kanan. Menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya LDR masih baik dan dapat digunakan.
(g) Tutuplah permukaan LDR, jarum pada papan skala bergerak ke kiri, artinya LDR masih dapat digunakan.
(catatan: ditempat gelap, nilai satuan ohm dari LDR= 1MW. Ditempat terang, nilai satuan ohm dari LDR = 100W)
§ Mengukur thermistor
(a) Atur saklar pada posisi W.
(b) Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW sesuai kebutuhan.
(c) Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan.
(d) Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol.
(e) Letakkan kedua ujung kabel penyidik secara acak pada kedua kaki thermistor (NTCR atau PTCR).
(f) Pada pengukuran NTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi NTCR, jarum pada papan skala menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya NTCR masih baik dan dapat digunakan.
(g) Pada pengukuran PTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi PTCR, jarum pada papan skala menunjukkan nilai satuan ohm yang besar, artinya NTCR masih baik dan dapat digunakan.
3.2 Mengukur dan Menghitung Nilai Kondensator
A. Menghitung secara manual
Secara umum nilai kondensator sudah tertera pada selubung pembungkusnya. Contohnya, jika pada badan kondensator tertera 350/450, karakteristik dari kondensator tersebut mempunyai tegngan kerja maksimum sebesar 350 volt, dan telah diuji (pabrik) pada tegangan 450 volt.
Selain itu, nilai kapasitas sebuah kondensator biasanya terlihat pada kode tulisan dan kode warnanya. Kondensator dengan kode warna mempunyai kapasitas kecil dan biasanya trebuat dari polyester.
Tabel warna kondensator elektrolit tantalum.
Warna
|
Kode A
|
Kode B
(faktor kali) |
Kode C
(toleransi) |
Kode D
(tegangan) |
Hitam
|
0
|
x1
|
±20%
| |
Coklat
|
1
|
x101
|
-
|
100 volt
|
Merah
|
2
|
x102
|
-
|
250 volt
|
Jingga
|
3
|
x103
|
-
|
250 volt
|
Kuning
|
4
|
x104
|
-
|
400 volt
|
Hijau
|
5
|
x105
|
-
|
400 volt
|
Biru
|
6
|
-
|
-
|
630 volt
|
Ungu
|
7
|
-
|
-
|
630 volt
|
Abu-abu
|
8
|
-
|
-
|
630 volt
|
Putih
|
9
|
-
|
±10%
|
630 volt
|
Selain pengkodean diatas, ada juga pengkodean seperti pada gambar dibawah ini yang merupakan gambar dari kondensator elektrolit tantalum. Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa kode A sampai kode C
merupakan nilai kapasitas kondensator dalam satuan rF, sedangkan kode D merupakan besarnya tegangan kerja kondensator.
Pembacaan nilai kondensator:
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu farad = 9 x 1011 cm2yang artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 farad sama dengan 106 mikrofarad (mF), jadi 1mF = 9 x 105 cm2. Berikut satuan yang sering digunakan:
§ 1 farad = 1.000.000 mF (mikro farad)
§ 1 mF = 1.000.000 rF (piko farad)
§ 1 mF = 1.000 hF (nano farad)
§ 1 hF = 1.000 rF (piko farad)
§ 1 rF = 1.000 mmF (mikro-mikro farad)
Pembacaan nilai kondensator diuraikan sebagai berikut:
1. Kondensator keramik
§ Jika pada badannya tertulis = 103, nilai kapasitasnya 10.000 rF.
§ Jika pada badannya tertulis = 302, nilai kapasitasnya 3.000 rF.
2. Kondensator polyester
Pada dasarnya sama dengan kondensator keramik, begitu juga dengan menghitung nilainya.
3. Kondensator kertas
§ Kapasitas 200 rF – 500 rF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave/MW) = 190 – 500 meter.
§ Kapasitas 1.000 rF – 2.200 rF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave/SW) SW 1 = 40 – 130 meter.
§ Kapasitas 2.700 rF – 6.800 rF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4 = 13 – 49 meter.
B. Mengukur menggunakan multimeter
Tujuan utama mengukur kondensator elektrolit atau elco adalah untuk mengetahui keadaan kondensator tersebut apakah bocor atau tidak. Berikut langkah-langkah mengukur nilai kondensator dengan menggunakan multimeter.
1. Arahkan saklar ke posisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki).
2. Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki kondensator (kabel hitam ditempelkan ke kaki yang posiyif, sedangkan kabel merah ditempelkan ke kaki yang negatif).
3. Lihat jarum yang dihasilkan pada papan skala.
® Jika jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri, berarti kondensator baik.
® Jika jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri tetapi tidak penuh (di tengah), berarti kondensator setengah rusah atau aus.
® Jika jarum bergerak ke kanan dan berhenti, berarti kondensator bocor.
® Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti kondensator mati.
3.3 Mengukur dan Menguji Dioda
A. Dioda penyearah
1. Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki.
2. Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki dioda (kabel hitam ditempelkan pada kaki anoda (-), sedangkan kabel merah ditempelkan pada kaki katoda (+)). Jika jarum bergerak, berarti dioda baik. Jika jarum tidak bergerak, berarti dioda putus atau rusak.
3. Pindahkan pencolok kabel hitam ke kaki katoa, sedangkan kabel merah kekaki anoda. Jika jarus bergerak, berarti dioda tersebut baik. Jika jarum tidak bergerak, maka dioda tersebut putus atau rusak.
4. Cara diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana anoda dan mana katoda dari suatu dioda jika gelangnya terhapus.
5. Arahkan ke VDC untuk mengetahui jenis dari bahan dioda. Bila tegangan katoda-anoda 0,2 volt, kemungkinan dari bahan germanium. Jika tegangan anoda-katoda 0,6 volt kemungkinan dari bahan silikon.
B. Dioda pemancar cahaya (LED)
1. Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki.
2. Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki LED.
3. Jika LED menyala berarti baik. Jika LED tidak menyala, berarti putus atau rusak.
4. Untuk 7-segmen, hubungkan kabel hitam dikaki bagian tengah. Periksa tiap kaki dengan kabel merah, jiak pengukuran tiap kaki menyala berarti LED baik.
3.4 Mengukur dan Menguji Transistor
A. Menguji dan mengukur transistor jenis NPN & PNP
§ Transistor jenis NPN
1. Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor, jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang.
3. Arahkan saklar pada 1k.
4. Hubungkan pencolok hitam pada kaki kolektor dan merah pada kaki emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan. Jika dibalik, jarum harus tidak meyimpang. Jika salah satu peristiwa tersebut tidak terjadi, kemungkinan transistor rusak.
§ Transistor jenis PNP
1. Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor, jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang.
3. Cara diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana kaki basis, kolektor dan emitor suatu transistor.
4. Arahkan VDC untuk memperkirakan bahan transistor.pengujian dapat dilakukan pada kaki basis dan emitor. Jika voltase yang dihasilkan 0,2 volt, kemungkinan dari bahan germanium. Jika nilai voltasenya 0,6 volt, kemungkinan dari bahan silicon.
Berikut adalah contoh nilai tahanan (resistance) dari beberapa transistor dimana “dioda” emitor-basis dan “dioda” kolektor-basis untuk transistor jenis PNP dan NPN mendapatkan tegangan panjar maju (forward blas).
KODE
|
TIPE
|
DIODA
|
RESISTANCE
|
KONDISI
|
2SA671
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
16,5W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
16W
|
BAIK
| ||
2SB54
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
8W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
7W
|
BAIK
| ||
2SA101
|
PNP
|
Emitor-Basis
|
12W
|
BAIK
|
Kolektor-Basis
|
11,5W
|
BAIK
| ||
BC547B
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
21W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
20W
|
BAIK
| ||
BC108
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
22W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
21W
|
BAIK
| ||
FCS9014B
|
NPN
|
Basis-Emitor
|
20W
|
BAIK
|
Basis-Kolektor
|
19,5W
|
BAIK
|
B. Menguji transistor jenis FET
Cara menguji transistor jenis FET adalah sebagai berikut:
1. Arahkan saklar ke posisi W x 100.
2. Hubungkan kabel multimeter pencolok hitampada source dan merah pada gate. Jika jarum menyimpang, jenis FET adalah kanal P dan jika tidak, FET adalah kanal N.
3. Arahkan saklar pada x1k atau x10k, potensio harus minimum dan resistansi harus kecil. Jika potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Jika peristiwa ini tidak terjad, kemungkinan FET rusak.
C. Menguji transistor jenis UJT
Cara kerja UJT seperti switch, jika masih bisa on-off, berarti transistor tersebut masih baik. Berikut langkah-langkah pengujian transistor UJT.
1. Arahkan saklar pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil.
2. Setelah potensio diputar, pelan-pelan jarum akan naik sampai posisi tertentu. Jika jarus diputar pelan-pelan kearah minimum ladi dan pada posisi tertentu, jarum akan bergerak kekiri. Jika putaran potensio diteruskan sampai minimum, jarum akan tetap diam. Jika peristiwa tresebut terjadi, berarti komponen UJT tersebut masih baik.
3.5 Mengukur Induktor
Untuk mengetahui kondisi putus tidaknya sebuah pengantar insuktor sebagai berikut:
1. Atahkan saklar ke posisi W meter (R x1k).
2. Hubungkan kedua pencolok pada masing-masing ujung pengantar.
3. Perhatikan arah atau pola induktor, pencolok hitam dihubungkan pada ujung pengantar pertama, sedangkan pencolok merah pada ujung yang lainnya.
4. Jika jarum bergerak, berarti kondisi induktor baik. Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti induktor putus.
3.6 Mengukur dan Menghitung Nilai Transformator
A. Mengukur nilai Voltase
Nilai voltase sebuah transformator sudah tertera pada bagian badan pembungkusnya. Berikut langkah-langkah untuk mengukur transformator:
1. Arahkan saklar ke posisi AC volt.
2. Jika transformator (step down) sudah terhubung dengan kabel dari tegangan PLN, hubungkan pencolok merah pada nilai yang ingin anda ukur.
3. Jika jarum bergerak tetapi tidak sesuai dengan nilai yang tertera, berarti transformator tersebut tidak layak pakai.
4. Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti transformator rusak.
B. Menghitung jumlah kumparan
Dipasaran banyak dijual berbagai macam tranformator, terutama transformator penurun tegangan.
Transformator terdiri dari dua kumparan (primer dan sekunder) yang digulungkan pada inti besi.inti kumparan yang berasal dari besi biasanya terdiri dari tumpukan-tumpukan atau lapisan-lapisan yang terbuat dari lempengan-lempengan baja. Inti inilah yang menjamin sambungan magnetik antara gulungan primer dan gulungan sekunder.
Transformator bekerja dengan frekwensi yang besarannya (nilainya) dibakukan dengan Hertz atau Hz.
Pada transformator ideal, tegangan induksi pada masing-masing lilitan sekunder sama dengan tegangan induksi pada masing-masing lilitan primer.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Resistor adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron negatif.
2. kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.
3. dioda adalah komponen elektronik yang memiliki dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Arus listrik yang mengalir hanya satu arah yaitu dari anoda ke katoda.
4. Transistor adalah komponen semikonduktor yang dirancang sebagai penguat arus listrik.
5. Induktor merupakan komponen elektronik pasif yang dapat menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan perubahan sesaat dari arus listrik yang mengalir.
6. Trafo adalah komponen yang digunakan untuk mentransfer sumber energi atau tenaga dari suatu rangkaian AC kerangkaian lainnya.
7. Menghitung nilai resistor secara manual bisa dilihat pada warna gelang yang melingkupinya.
8. Nilai kapasitas sebuah kondensator biasanya terlihat pada kode tulisan dan kode warnanya.
9. Pengukuran dan pengujian dengan multimeter guna mengetahui keadaan komponen elektronika tersebut apakah rusak atau masih bisa digunakan.
B. Saran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diinginkan akan tercapai maka disarankan kepada rekan-rekan mahasiswa elektronika khususnya dapat memahami terlebih dahulu mengenai komponen-komponen elektronika dan dapat mempraktikan cara menghitung dan mengukur nilai dari komponen eletronika tersebut.
Sumber : restupraharaputra.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar